Rabu, 22 Oktober 2014

TKI dan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

DAHRUL AMAN HARAHAP
Kesiapan tenaga kerja indonesia menghadapi masyakarat ekonomi ASEAN tahun 2015 harus diantisipasi oleh pemerintah dengan baik, dengan waktu yang hanya tinggal 1 tahun lagi apakah tenaga kerja Indonesia siap bersaing, terutama masyarakat Kepulauan riau khususnya batam yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan Singapura. Dimana nantinya masyarakat dari tenage kerja asing/luar akan bebas masuk ke indosenia tanpa aturan yang banyak mengikat.
Dilihat dari angkatan kerja yang ada di batam bahwa tenaga kerja kita kebanyakan berada di level menengah- ke bawah ( manager- operator) sedangkan posisi-posisi strategis/penting dipegang oleh tenaga kerja asing yang mempunyai gaji yang sangat besar/lumayan dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia. Hal ini juga tidak dapat di pungkiri karena factor kemampuan dan pengetahuan serta bahasa. Dimana Perusahan Nasional, Multinasional dan Perusahan Asing yang dapat bersaing di tingkat Global bahwa factor Skill dan kemampuan berBahasa asing merupakan hal yang harus ada dan dikuasai.
Dilihat dari perkembangan angkatan tenaga kerja yang ada di Batam bahwa kebanyakan angkatan kerja yang ada berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan pendidikannya secara mandiri/sendiri dengan kuliah di berbagai perguruan tinggi yang ada di batam yang mengakomodir kemauan mereka untuk kuliah dengan harapan nantinya selama 4 tahun sudah bisa menamatkan/menyelesaikan Strata satu (S-1). Akan tetapi yang menjadi dilema lagi, apakah dengan tamatnya angkatan kerja tersebut S1 kemampuan mereka meningkat baik dari segi keahlian dibidang kerjanya ataupun Bahasa Asing, ini yang menjadi pertanyaan besar untuk dijawab dengan baik. Apabila kemampuan mereka tidak meningkat maka institute pencetak sarjana tersebut perlu di pertanyaan apakah hanya mengejar target banyaknya mahasiswa yang lulus kuliah tanpa memperhatikan keahlian lulusannya.

Urgensi Ospek Bagi Mahasiswa Baru

Perguruan Tinggi di Indonesia pada umumnya  secara serentak melakukan Orientasi Mahasiswa Baru atau yang umum disebut dengan “ospek” pada awal tahun ajaran yakni sekitar Bulan September. Ada yang mengatakan bahwa acara ini adalah sebuah ritual tahunan yang wajib dilaksankan sebelum masuk perguruan tinggi dan selalu membuat was-was banyak pihak mulai dari orang tua, para birokrat kampus, para mahasiswa senior sampai para mahasiswa baru (Maba). Acara Ospek itu sendiri merupakan salah satu cara percepatan adaptasi dan pengenalan Mahasiswa baru terhadap lingkungan Perguruan Tinggi yang akan dihadapinya nanti yang minimal 4 tahun berinteraksi untuk menempuh sarjana (S-1), yang tentunya sangat jauh berbeda dari kehidupan mereka sebelumnya di masa SMA baik dari segi belajar dan pembelajaran serta cara bersosialisasi dan berinteraksi.
Banyak hal positif yang bisa didapatkan oleh Mahasiswa baru  melalui Ospek, namun nilai-nilai positif yang akan di dapatkan tersebut seakan tertutup oleh image buruk yang berkembang di masyarakat/tertanam di benak para mahasiwa baru bahwa ospek tersebut penuh dengan hal-hal buruk seperti adanya kata-kata umpatan/cacian dari para panitia/senior, system perploncoan/ajang balas dendam para senior terhadap junior,membawa/memakai atribut yang kurang mendidik/tidak berhubungan dengan pendidikan,  dan sebagainya. Hal ini tidak bisa disalahkan karena system pendidikan yang ada di Indonesia yang membuat para orang berfikir demikian karena ospek itu sudah ada mulai tingkat SMP dan SMA atau Ini mungkin akibat dari apa yang ditunjukkan oleh para panitia/senior yang sering melakukan over acting di depan Mahasiswa barunya yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan.

Orientasi mahasiswa baru di perguruan tinggi yang menggunakan metode under pressure dengan menggunakan kata-kata yang tidak mendidik/kotor, over acting, perploncoan, pemakaian atribut yang tidak mendidik dan terkesan pemborosan,dan sebagainya. seyogyanya sudah harus ditinggalkan, dan dapat diganti dengan menggunakan metode/system  baru yang lebih baik. Ini mengingat tujuan dari Ospek itu sendiri sangatlah mulia agar mahasiswa baru bisa beradaptasi di Kampus barunya dengan baik sehingga kemampuan IQ,EQ, dan SQ dapat digali dan dimaksimalkan.

Menggagas Pembentukan Akademi Komunitas Di Batam

 Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya mewujudkan ketersediaan pendidikan tinggi Indonesia yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional dilakukan antara lain dengan: (i) mengembangkan pendidikan vokasi jangka pendek (D-I dan D-II) yang berorientasi pada lapangan kerja di daerah maupun dunia usaha dan dunia industri (DUDI); dan (ii) memperluas akses pendidikan tinggi di daerah dan meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK). Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satu bentuk perguruan tinggi adalah Akademi Komunitas (AK). Melalui pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh AK di daerah, diharapkan kemampuan lulusan SLTA dapat ditingkatkan agar bisa mandiri, dan mampu meningkatkan human capital secara nasional. Pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh AK juga memungkinkan lulusannya melanjutkan studi ke strata yang lebih tinggi baik di akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, maupun universitas.

Pendidikan Biologi UNRIKA adakan Seminar Aqua Qultur

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau Kepulauan Batam mengadakan seminar bulanan yang dilaksanakan pada  pukul 18.30 WIB s.d selesai bertempat di Ruang FKIP C.129 UNRIKA Batam, dengan tema  :  Peluang dan Tantangan Pengembangan Perikanan di Indonesia dengan  Pembicara            : Prof. Muchlisin Z.A., Ph.D dengan Peserta Seluruh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bilogi UNRIKA Batam yang berjumlah 200 an orang.
Menurut Prof. Muchlisin Z.A., Ph.D mengatakan “Beberapa permasalahan dalam budidaya perikanan diantaranya adalah Tingginya Harga Pakan, Kualitas Bibit Rendah, Spesies Asing, Penyakit, Pencemaran, Ketrampilan Petani Ikan Rendah”.