Rabu, 22 Oktober 2014

Menggagas Pembentukan Akademi Komunitas Di Batam

 Kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya mewujudkan ketersediaan pendidikan tinggi Indonesia yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional dilakukan antara lain dengan: (i) mengembangkan pendidikan vokasi jangka pendek (D-I dan D-II) yang berorientasi pada lapangan kerja di daerah maupun dunia usaha dan dunia industri (DUDI); dan (ii) memperluas akses pendidikan tinggi di daerah dan meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK). Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satu bentuk perguruan tinggi adalah Akademi Komunitas (AK). Melalui pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh AK di daerah, diharapkan kemampuan lulusan SLTA dapat ditingkatkan agar bisa mandiri, dan mampu meningkatkan human capital secara nasional. Pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh AK juga memungkinkan lulusannya melanjutkan studi ke strata yang lebih tinggi baik di akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, maupun universitas.

AK yang diselenggarakan oleh masyarakat yang selanjutnya disebut Akademi Komunitas Swasta, dan disingkat AK Swasta, dapat didirikan di kabupaten/kota dengan orientasi pendidikan yang sesuai dan mampu mendorong pengembangan potensi daerah.
Potensi sosial ekonomi dan sumber kekayaan alam melimpah dimiliki oleh Indonesia. Namun belum didayagunakan secara maksimal untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. Diantara berbagai kendala yang dihadapi penyebab utamanya antara lain adalah keterbatasan kualitas sumber daya manusia, serta penguasaan teknologi yang masih terkendala banyak hal. Dalam kaitan ini peran pendidikan berorientasi keterampilan atau vokasi menjadi penting dan strategis untuk mendorong terjadinya optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya yang unik di setiap daerah. Hal ini perlu di gagas pembentukannya di Kota Batam yang memiliki potensi yang sangat besar. Untuk itu perlu keseriusan dari Pemerintah Daerah dan dunia industry untuk duduk bersama agar masyarakat yang ada di kota Batam bisa bersaing dalam dunia kerja dan mandiri terutama menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2015.

Kemampuan berinovasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk maupun jasa merupakan kata kunci dalam mendorong keberhasilan suatu bangsa. Kemampuan tersebut dapat dijadikan parameter kemampuan bangsa dalam mengeloladan mengatasi persaingan era pasar global. Dalam memperkokoh posisi strategis bangsa pada persaingan di era global tersebut, menjadi keharusan untuk mengoptimalkan secara harmonis semua sumber kehidupan potensial yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan berbagai komunitas perlu dieksplorasi dan ditingkatkan pendayagunaannya. Secara geografis Indonesia dengan belasan ribu pulau dan aneka ragam suku bangsa dan variasi kondisi alamnya, dapat menjadi pemicu terbentuknya berbagai komunitas pada berbagai jenjang masyarakat dan lingkungan dengan ciri dan karakteristik uniknya. Terutama di Propinsi Kepulauan Riau khususnya Batam yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapore yang sangat terasa dampaknya terhadap persaingan global terutama ASEAN.  

Peningkatan fungsi dan peran komunitas dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan warganya menjadi pilihan utama kebijakan pembangunan di Indonesia. Komunitas dapat berbasis pekerjaan, profesi, industri, budaya, sosial-keagamaan, organisasi sosial.

Dokumen penting sebagai acuan pembangunan masa depan Indonesia telah dibuat dalam bentuk MP3EI didasarkan atas keragaman sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.
Perkembangan ekonomi dibuat berdasar konsep koridor ekonomi disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah, dan pembangunan ekonomi. Pembangunan koridor ekonomi dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu, kompetitif dan berkelanjutan. Pembangunan Koridor Ekonomi (KE) memberikan penekanan baru bagi pembangunan ekonomi wilayah sebagai berikut:
i) Koridor Ekonomi Indonesia diarahkan pada pembangunan yang menekankan pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah pengelolaan sumber daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari hulu sampai hilir secara berkelanjutan.
ii) Koridor Ekonomi Indonesia diarahkan pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif, dan dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor ekonomi, agar semua wilayah di Indonesia dapat berkembang sesuai dengan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah.
iii) Koridor Ekonomi Indonesia menekankan pada sinergi pembangunan sektoral dan wilayah untuk meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif secara nasional, regional maupun global.
iv) Koridor Ekonomi Indonesia menekankan pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk membuka akses daerah.
v) Koridor Ekonomi Indonesia akan didukung dengan pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, kemudahan peraturan, perijinan dan pelayanan publik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah.

Tema pembangunan koridor ekonomi dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi untuk  Koridor Ekonomi Sumatera merupakan Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil, Bumi dan Lumbung Energi Nasional;

Basis dari konsep MP3EI adalah pada latar keragaman sumber daya alam dengan ciri unik dan khas dari komunitas di dalamnya yang dijadikan pertimbangan pokok dan strategis terhadap pentingnya pendidikan vokasi. Komunitas dalam skala makro diterjemahkan ke dalam kondisi legal atau hierarki pemerintahan dalam format kabupaten/kota dan swasta. Sehingga pendidikan berbasis komunitas pada tingkatan kabupaten/kota akan menjadi parameter utama yang perlu dikembangkan. Pada setiap kabupaten/kota sesuai dengan konsep MP3EI telah dipetakan potensi dan kebutuhan khususnya dalam mendorong perkembangan wilayahnya masing masing. Sektor pendidikan tinggi dan lebih khusus adalah pendidikan berbasis keterampilan menjadi sektor penting sebagai motor penggeraknya. Pendidikan harus mampu merancang program yang terarah, luwes penyelenggaraannya, mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh jenjang pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Konsep pendidikan tinggi ini harus mampu menampilkan sosok keterjangkauan, dan menjadi kebanggaan terhadap kompetensi dalam berbagai jenjang.

Mengacu pada prinsip belajar sepanjang hayat (lifelong learning), masyarakat berbasis komunitas diharapkan terus meningkatkan pengetahuan, kompetensi, keahlian, dan keterampilannya dari waktu ke waktu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya agar mencapai kehidupan yang lebih baik. Sifat yang khusus dan heterogen akan sangat membutuhkan sebuah model pendidikan tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan beragam komunitas yang dikenal di beberapa negara dengan sebutan Community College(CC). Model pendidikan berbasis komunitas di Indonesia ditambahkan dengan penekanan terhadap potensi wilayah dan kebutuhan khusus dalam bentuk perguruan tinggi yang disebut Akademi Komunitas (AK).Tingginya angkatan kerja di Batam yang masih berstatus sebagai tamatan SMA sederajat yang mempunyai posisi hanya sebagai level menengah ke bawah dan banyaknya Perusahaan Modal Asing serta potensi yang sangat besar di Kabupaten Kota yang ada di Propinsi Kepri sangat mendesak untuk membentuk Akademi Komunitas dengan melihat keunggulan daerah masing-masing.



1 komentar: