MAHASISWA BATAM TANPA AKSI
Dahrul
Aman Harahap, SPt, MM, MPd*
*Wakil
Rektor III Universitas Riau Kepulauan Batam
Menyandang status mahasiswa bagi
sebagian orang merupakan hal yang mustahil karena keterbatasan biaya dan
semakin tingginya biaya pendidikan di Indonesia khususnya di batam propinsi
kepulauan riau. Jumlah penduduk batam per juni 2013 sebanyak 1.128.610 jiwa dengan persentase
laki-laki 51,91 % dan perempuan 48,09 %.
Dari Jumlah penduduk batam tersebut hanya berapa persen yang duduk di
perguruan tinggi. Kegiatan kemahasiswaa yang ada di Propinsi Kepri jarang
terdengar gaungnya secara luas, karena disamping persentase mahasiswa yang
banyak kuliah sambil bekerja disamping jumlah mahasiswa yang murni kuliah.
Sehingga banyak mahasiswa yang tidak sempat berdiskusi untuk melaksanakan
kegiatan kemahasiswaan di dalam atau luar kampusnya , apalagi mengkritisi
kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada rakyat. Hal ini menjadi suatu
pertanyaan besar apakah mahasiswa di
kepri khusus nya di batam hanya menyandang status sebagai mahasiswa tapi minim
konstribusi terhadap lingkungan sekitarnya, kalau hal ini terjadi maka tidak
ada bedanya dengan anak-anak smk/sma yang ada ada datang ke sekolah, belajar
dan pulang ke rumah masing-masing. Hal ini sama dengan mahasiswa yang dengan
pertama kali di ospek dalam penerimaan mahasiswa baru, kuliah setiap hari,
praktikum, kuliah kerja nyata/praktek kerja lapangan, kemudian menyusun
proposal skripsi dan wisuda.
Dalam kenyataan di lapangan bahwa dilapangan sangat sedikiti sekali mahasiswa yang mengkritisi kebijakan pemerintah baik melalui seminar, symposium, diskusi ilmiah atau bahkan demontrasi di jalanan. Apakah karena beban belajar yang banyak dibangku perkuliahan atau memang empati mahasiswa di batam yang lemah sehingga status mahasiswa sebagai agent perubahan menjadi dipertanyakan. Sehingga banyak alumni dari perguruan tinggi yang ada di batam menjadi gamang menghadapi fenomena yang ada di masyarakat setelah selesai menduduki bangku perkuliahan. Di dalam perguruan tinggi di Kepri masih banyak menganggap kegiatan kemahasiswaan yang sifatnya untuk pengembangan kemahasiswaan tidak terlalu penting karena membebani anggaran perguruan tinggi bahkan ada perguruan tinggi yang dengan tegas melarang atau tidak mendukung kegiatan kemahasiswaan di dalam kampusnya, hal ini juga berimbas terhadap pemerintah yang kurang memberikan dukungan terutama pendanaan dalam kegiatan yang akan dilakukan. Di kota batam bisa dihitung dengan jari berapa kegiatan kemahasiswaan yang mendukung atau tidak terhadap program pemerintahan. Kalau melihat respon mahasiswa yang rendah terhadap lingkungan berarti ada yang salah dengan pendidikan kita di Kota Batam jika dibandingkan dengan jumlah Perguruan Tinggi ( baik itu Universitas, Sekolah Tinggi, atau Akademi) yang ada Batam. Kalaupun ada aksi yang digalang oleh mahasiswa, apakah memang karena sikap ktitis dan idealisme yang tertanam atau karena ada titipan dibawah organanisasi tertentu yang mendukung diatasnya sehingga memudahkan lobby terhadap keinginannya terhadap pemerintah daerah.
Fenomema mahasiswa yang kurang kritis
tersebut ternyata tidak hanya di Batam Kepulauan Riau saja, juga terjadi di
daerah lain karena tidak sedikit mahasiswa yang terjebak dengan banyaknya
mengikuti kegiatan intra dan ekstra kampus akan berakibat lamanya si mahasiswa
tersebut menyelesaikan perkuliahannya sehingga akan memberatkan mahasiswa
kembali dalam pembayaran segala biaya administrasi di kampus tempat dia kuliah.
Ini juga akan menjadi masukan pemikiran
bagi pengelola pengelola perguruan tinggi, seharusnya mahasiswa yang aktif
diberikan dispensasi sesuai dengan aturan dan kebijakan kampus karena tidak
hanya memberikan kebaikan terhadap simahasiswa juga terhadap kampusnya karena
secara tidak sengaja terekspost kemasysrakat bahwa kampus tersebut peduli
terhadap lingkungannya. Dengan adanya
kebijakan tersebut semoga tercipta alumni yang mempunyai karakter dan peduli
yang diharapkan bisa memimpin bangsa ini kedepan. Bukan alumni yang hanya
mempunyai gelar pendidikan banyak di depan atau belakang namanya tetapi tidak
bermanfaat terhadap masyarakat dan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar